Bisnis.com, JAKARTA —  Pemerintah yakin dapat menekan defisit keseimbangan primer menjadi Rp80 triliun pada tahun ini.

Keseimbangan primer merupakan gambaran kemampuan pemerintah membayar pokok dan bunga utang dengan menggunakan pendapatan negara.

Keseimbangan primer merupakan total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang. Apabila nilai keseimbangan primer negatif, Pemerintah harus menerbitkan utang baru untuk membayar pokok dan bunga utang.

Sebaliknya apabila nilai keseimbangan primer positif, pemerintah bisa menggunakan sumber pendapatan negara untuk membayar sebagian atau seluruh pokok dan bunga utang.

“Kami optimistis dapat menekan keseimbangan primer negatif hingga Rp80 triliun, dan itu sudah disepakati DPR, itu artinya sudah cukup realistis,” kata Direktur Pengelolaan Risiko Keuangan Negara Kementerian Keuangan Brahmantio Isdijoso kepada Bisnis, di Jakarta, Jumat (13/4/2018).

Berdasarkan data Kementerian keuangan, pada 2014 defisit keseimbangan primer hanya Rp93,3 triliun, tetapi pada 2015 meningkat cukup signifikan menjadi Rp142,5 triliun.

Pada 2016, angka tersebut dapat ditekan hingga Rp125,6 triliun dan pada 2017 kembali mengalami kenaikan tipis menjadi Rp129,3 triliun.

Brahmantio mengakui defisit keseimbangan primer meningkat cukup signifikan. “Naik iya, keseimbangan primer [negatif itu] karena pemerintah aktif melakukan pembangunan infrastruktur untuk memajukan pertumbuhan ekonomi,” katanya.

Meskipun tuntutan pembangunan cukup masif, katanya, pihaknya selalu mengupayakan efisiensi dan penyesuaian belanja sesuai dengan kebutuhan.

Adapun, untuk mencapai target defisit keseimbangan primer tersebut, Brahmantio berharap target penerimaan negara dan belanja negara dapat dicapai. “Kami harap tidak ada kejutan lagi, itu saja kami laksanakan,” tutupnya.

 

Artikel ini diambil dari http://finansial.bisnis.com/read/20180415/10/784399/pemerintah-targetkan-defisit-keseimbangan-primer-mengecil-jadi-rp80-triliun