KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Perbankan masih terbuka melakukan pembiayaan di sektor industri pengolahan atau manufaktur tahun ini meskipun tahun sebelumnya banyak kredit bermasalah yang berasal dari sektor itu. Bahkan sebagian optimis penyaluran kredit sektor ini bisa tumbuh lebih tinggi pada tahun 2020 dibandingkan tahun lalu.
Pada kuartal IV 2019, ekspansi industri manufaktur mengalami perlambatan. Data Bank Indonesia (BI), Prompt Manufacturing Index (PMI) hanya tercatat 51,5%. Itu lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang tercatat 52,04%. Ekspansi industri pada kuartal itu terjadi pada sebagian besar subsektor dengan ekspansi tertinggi pada industri semen dan barang galian nonlogam.
BI memperkirakan ekspansi manufaktur pada kuartal I 2020 akan lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. PMI di periode itu diprediksi akan naik ke level 52,73% dimana ekpansi tertinggi diperkirakan terjadi pada industri semen dan barang galian nonlogam, lalu diikuti dengan peningkatan kinerja pada industri barang kayu dan hasil hutan lainnya, serta industri makanan, minuman dan tembakau.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya masih akan terbuka terhadap peluang penyaluran kredit ke sektor industri pengolahan. EVP Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F. Haryn mengatakan, bank swasta terbesar di tanah air itu menargetkan kredit di sektor ini bisa tumbuh di kisaran target kredit secara keseluruhan tahun ini yakni 7%-8%.
“Tentunya dalam menyalurkan kredit tetap mempertimbangkan prinsip kehati-hatian serta mengutamakan penyaluran kredit kepada nasabah yang memiliki rekam jejak yang baik dan memiliki prospek bisnis yang baik dan potensial,” kata Hera pada Kontan.co.id, Selasa (14/1).
Hera menegaskan, dalam menyalurkan kredit BCA tetap melakukan diversifikasi pada berbagai sektor ekonomi sehingga dapat meminimalisasi risiko konsentrasi kredit pada sektor tertentu. Adapun outstanding kredit bank ini ke industri pengolahan per September 2019 tercatat sebesar Rp 115,57 triliun atau tumbuh 9,2% year on year (YoY).
Bank OCBC NISP juga tetap membuka diri terhadap sektor manufaktur. Bahkan, bank ini memperkirakan penyaluran kredit di sektor tersebut akan tumbuh lebih tinggi dari tahun 2019 yang pertumbuhannya cenderung flat.
“Kami melihat sektor manufaktur akan positif terhadap pertumbuhan kredit tahun 2020. Pertumbuhannya ditargetkan akan lebih baik dari 2019, namun masih akan cenderung single digit,” kata Presiden Direktur Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja.
PT Bank Woori Saudara Tbk pun tetap fokus menyalurkan kredit di sektor industri pengolahan sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Hanya saja, bank ini melihat prospek pembiayaan di sektor itu akan lebih rendah dari tahun 2019.
Perwakilan manajemen sekaligus Tim Analis Bank Woori Saudara Rully Nova mengatakan, pihaknya hanya menargetkan kredit manufaktur sekitar Rp 10 triliun atau tumbuh satu digit 9% YoY. Adapun tahun 2019, outstanding kredit manufaktur bank ini mencapai Rp 9 triliun, tumbuh 12% YoY.
Bank Woori tetap fokus pada sektor manufaktur namun akan sangat selektif dalam pemilihan sub sektor dan perusahaan yang akan dibiayai. Perseroan akan fokus pada perusahaan yang memiliki daya tahan kuat terhadap krisis.
Rully bilang, manufaktur yang akan dihindari terkait dengan pengolahan baja & bahan besi serta pengelolaan tambang yang belum dikuasai Bank Woori. Sementara tekstil akan selalu dipantau secara ketat. “Adapun yang masih akan dipacu diantaranya alas kaki dan elektronik yang berorientasi ekspor,” tandas Rully.
Berdasarkan data BI, penyaluran kredit secara nasional di sektor industri pengolahan tercatat sebesar Rp 880,8 triliun per November 2019. Itu hanya tumbuh 5,43% dari November 2018. Sementara pada periode yang sama tahun lalu masih tumbuh 8,11%.
Artikel ini diambil dari https://keuangan.kontan.co.id/news/perbankan-tetap-akan-memacu-kredit-sektor-manufaktur?page=all