KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Transformasi digital akan jadi senjata bagi perbankan untuk bisa menjaga perolehan laba di tengah tren margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) yang mengarah pada penurunan. Digitalisasi itu bakal mendorong efisiensi berbagai biaya.
Saat ini bank berlomba-lomba melakukan transformasi layanan ke arah digital. Perkembangan teknologi memaksa mereka melakukan perubahan untuk bisa memenuhi tuntutan masyarakat yang menghendaki proses transaksi perbankan mudah, cepat dan efisien.
Layanan buka rekening, mengajukan pinjaman, dan melakukan pembayaran pun kini bisa dilakukan secara daring.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) misalnya saat ini telah memiliki aplikasi Brispot sebagai layanan pengajuan pinjaman daring, BRImo sebagai platform buka rekening secara digital, dan lewat anak usahanya BRI Agro memiliki platform Pinjaman Tenang (Pinang) sebagai layanan pinjaman digital.
Layanan pembukaan rekening online juga dimiliki ditawarkan bank lain misalnya seperti Bank BCA, Bank BNI, Bank CIMB Niaga dan lain-lain.
Bahkan bank ada juga bank yang sudah memproklamirkan sebagai bank digital seperti Bank BTPN lewat layanan Jenius dan DBS lewat Digibank.
Bank Royal yang baru saja dicaplok BCA juga direncanakan akan dikembangkan jadi bank digital. Bank Artos Indonesia yang akan diakuisisi oleh Bankir senior Jerry Ng dan pengusaha Patrick Sugito Walujo juga akan fokus jadi bank bank digital.
Juru Bicara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sekar Putih Djarot menjelaskan, melalui adopsi teknologi, bank dapat beroperasi secara lebih efisien. Transformasi digital juga telah mengubah aktivitas perbankan tanpa perlu ada keberadaan fisik kantor sehingga menjadi lebih mudah, cepat dan efisien.
“Biaya transaksi dapat jadi lebih rendah dan customer base juga semakin luas, seiring dengan itu frekuensi transaksi dapat meningkat sehingga berpotensi meningkatkan fee based income,” jelas Sekar pada Kontan.co.id, Minggu (8/9).
Bank Yudha Bhakti bersama pemegang saham barunya yakni perusahaan fintech Akulaku akan bersinergi untuk memberikan layanan perbankan secara digital.
Perseroan akan mulai melakukan diversifikasi bisnis dari pembiayaan pensiun berkembang ke segmen ritel dan UMKM. “Kami akan kembangkan produk yang berbasis digital,”ujar Januar Arifin, Sekretaris Perusahaan Bank Yudha Bhakti.
Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI menjelaskan, proses digitalisasi yang dilakukan perseroan saat ini banyak untuk proses kredit terutama untuk segmen mikro.
Jika sebelumnya menggunakan paper based maka saat ini berubah memakai aplikasi di gawai. Alhasil waktu pemrosesan kredit yang semula butuh dua minggu jadi tinggal dua hari saja.
Meski begitu, Haru melihat, efisiensi yang akan didapat BRI dari digitalisasi masih akan terbatas dalam jangka pendek. “Namun untuk jangka panjang, BRI menargetkan produktifitas pekerja akan dapat semakin meningkat,” kata Haru.
BRI sebetulnya cukup efisien. Itu tercermin dari rasio BOPO perseroan per Juli yang tercatat di level 70,42%, turun dari 71,12% pada bulan sebelumnya.
Sampai akhir tahun, bank pelat merah ini akan jaga rasio BOPO di kisaran 67%-69%. Sementara NIM akan di jaga 7% dan net profit ditargetkan tumbuh sekitar 10%-12%.
Artikel ini diambil dari https://keuangan.kontan.co.id/news/transformasi-ke-digital-menjadi-senjata-perbankan-pertahankan-kinerja