Meski begitu, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menilai, secara umum kondisi ini belum terlalu berdampak pada margin bunga bersih industri. Net interest margin (NIM) multifinance dinilainya masih cukup terjaga di tengah kenaikan suku bunga.
Menurut dia, pelaku usaha sejauh ini masih bisa menyesuaikan tren kenaikan cost of fund yang ditanggung masing-masing perusahaan. Penyesuaian ini antara lain dilakukan dengan ikut menaikkan bunga pembiayaan yang dikenakan kepada debitur.
Hal ini terbantu oleh tren kenaikan beban pendanaan yang terjadi secara bertahap. Dengan penyesuaian yang dilakukan secara bertahap pula efek kenaikan bunga pembiayaan ini dinilai tak terlalu signifikan di pasar pembiayaan.
Faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah efisiensi yang dilakukan oleh sejumlah pelaku usaha. Dengan upaya ini, industri multifinance bisa mengalokasikan dana yang lebih besar untuk menutupi tren kenaikan cost of fund yang terjadi.
Secara rata-rata NIM industri pembiayaan dinilai berada di kisaran 5% sampai 7%. Besaran ini dinilai tak akan terlalu banyak bergeser di tahun ini. “Sehingga secara umum margin bunga pun masih cukup terjaga,” kata dia, Rabu (19/12).
Besaran NIM sendiri diakuinya cukup relatif, karena juga bergantung pada segmen pembiyaan dimasuki. Margin di pembiayaan kendaraan bekas misalnya lebih tinggi ketimbang mobil baru karena faktor risiko kredit yang juga lebih besar.
Namun ia pun mengakui tren kenaikan biaya dana besar kemungkinan belum akan berhenti. Sehingga ke depan pelaku usaha mesti makin bekerja keras menyisati perkembangan tren ini dengan mencari potensi sumber dana yang seefisien mungkin dan terus mendorong kesehatan kredit.
Artikel ini diambil dari https://keuangan.kontan.co.id/news/appi-multifinance-masih-bisa-menyesuaikan-biaya-dana