Bisnis.com, NUSA DUA, Bali – Indonesia mengusulkan empat hal penting yang berdampak bagi tujuan dalam negeri dalam Pertemuan Tahunan IMF-World Bank Group yang diselenggarakan di Bali, 8-14 Oktober 2018.
PBB telah menetapkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menekankan bahwa manusia dan kemampuannya menjadi kriteria utama dalam menilai perkembangan dan juga pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Kepala Eksekutif Panitia Nasional Pertemuan Tahunan IMF-WBG, Susiwijono Moegiarso menuturkan hal ini juga merupakan pilihan bagi kebijakan nasional suatu negara untuk melihat kembali prioritas kebijakan pemerintah, yaitu cara dua negara dengan tingkat Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per kapita yang sama, tetapi kualitas pembangunan manusianya berbeda.
“Perbedaan inilah yang menyulut perdebatan mengenai prioritas kebijakan pemerintah,” ujar Susiwijono, Selasa (9/10/2018).
Menurutnya, IPM menjadi tolok ukur pencapaian rata-rata pembangunan manusia, yang mencakup hidup sehat dan panjang umur, berpengetahuan, dan memiliki standar kehidupan yang layak.
Sementara itu, pengembangan sumber daya manusia mencakup pengetahuan, keahlian, dan kesehatan yang diperoleh sepanjang hidup mereka dan selanjutnya memungkinkan untuk mengetahui potensi sebagai anggota masyarakat yang produktif.
Tujuannya, kata Susiwijono, adalah kemajuan yang pesat menuju dunia yang berisi anak-anak sekolah bergizi cukup dan siap untuk belajar di ruang kelas serta mampu memasuki dunia kerja sebagai orang dewasa yang sehat, terampil, dan produktif.
Bank Dunia menyetujui Proyek SDM menjadi Prioritas pada tahun 2017. Pekan ini, pada Pertemuan Tahunan IMF-WBG Tahun 2018 di Bali akan diluncurkan Indeks Pengembangan SDM. “Indonesia menjadi salah satu dari 30 negara yang akan mengadopsi Indeks Pengembangan SDM,” kata Susiwijono.
Melalui Indeks Pengembangan SDM yang baru, negara dapat mengukur kontribusi kesehatan dan pendidikan terhadap tingkat produktivitas dan penghasilan generasi berikutnya dan menilai jumlah pendapatan mereka sebelumnya sebagai akibat dari kesenjangan SDM, dan kecepatan mereka dapat mengubah kerugian menjadi keuntungan jika mereka bertindak sekarang.
“Kita mampu memberantas kemiskinan ekstrem dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dengan mengembangkan SDM.”
Dia mengungkapkan hal ini membutuhkan investasi pada SDM melalui peningkatan gizi pada tahapan awal perkembangan manusia melalui ibu hamil dengan mikro-nutrien agar janin berkembang sempurna, mendorong pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, menyapih dengan cinta, dan pemenuhan nutrisi yang cukup hingga usia lima tahun.
Selain itu, investasi ini mencakup meningkatkan layanan kesehatan menyeluruh dan mengurangi faktor kemunduran perkembangan anak yang disebabkan seringnya diare atau tidak dilakukannya vaksin penyakit yang umum menyerang anak-anak.
Susiwijono menjelaskan negara dapat mengukur tingkat pemberian pendidikan berkualitas bagi anak, sehingga mempunyai keahlian yang dibutuhkan dunia kerja dan dapat bersaing secara global.
Sebagai tuan rumah penyelenggaraan Pertemuan Tahunan IMF-WBG Tahun 2018, dia mengatakan Indonesia memperoleh banyak keuntungan: mulai dari transfer pengetahuan; investasi dan perdagangan; pariwisata; dan menampilkan kepemimpinan Indonesia ke forum global; hingga pendapatan devisa dan manfaat ekonomi jangka pendek sekitar Rp5,9 triliun selama berlangsungnya acara yang dihadiri oleh sekitar 34.000 orang.
“Perolehan ini sebagian besar berasal dari sektor swasta seperti transportasi; akomodasi; makanan dan minuman; belanja dan hiburan; serta wisata alam dan budaya,” paparnya.
Artikel ini diambil dari http://finansial.bisnis.com/read/20181009/9/847305/indonesia-usul-4-isu-penting-dalam-pertemuan-imf-world-bank-di-bali