Bisnis.com, JAKARTA — Setoran pajak dari sektor pertambangan mencatatkan pertumbuhan di atas 300 persen, terutama dari batu bara, lignit, dan bijih logam. Lonjakan harga komoditas atau commodity boom membawa berkah penerimaan bagi Indonesia, meskipun sifatnya sesaat.
Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Suryo Utomo menjelaskan bahwa pertambangan menjadi sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi dalam kurun Januari—Agustus 2022. Hal tersebut didorong oleh kenaikan harga komoditas yang terjadi sejak 2021.
“Mayoritas subsektor pertambangan mencatatkan kenaikan penerimaan lebih dari 100 persen. Pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh subsektor pertambangan batu bara dan lignit, disusul oleh pertambangan bijih logam,” ujar Suryo dalam media briefing Ditjen Pajak, Selasa (4/10/2022).
Ditjen Pajak mencatat bahwa penerimaan pajak dari pertambangan batu bara dan lignit pada Januari—Agustus 2022 mencapai Rp53,63 triliun, porsinya setara dengan 57,8 persen dari penerimaan sektoral. Kinerja itu tumbuh 321,1 persen secara tahunan, melejit dari capaian pertumbuhan Januari—Agustus 2021 di angka 12,1 persen.
“Yang lagi kencang pertumbuhannya ini sektor pertambangan, ada commodity boom,” lanjutnya. Baca Juga : Temuan BPK: Insentif Pajak PC-PEN Rp15,31 Triliun Bermasalah Subsektor pertambangan bijih logam mencatatkan penerimaan pajak Rp24,28 triliun atau kontribusinya 26,2 persen. Capaian itu tumbuh hingga 387,9 persen secara tahunan, meskipun melambat dari capaian pertumbuhan Januari—Agustus 2021 di angka 422,1 persen.
Subsektor lainnya pun mencatatkan pemulihan kinerja, seperti jasa pertambangan yang memperoleh Rp8,3 triliun atau tumbuh 81,2 persen (negatif 13 persen pada Januari—Agustus 2021). Lalu, subsektor pertambangan lainnya meraup pajak Rp1,65 persen atau tumbuh 164,4 persen (tumbuh 17,2 persen pada Januari—Agustus 2021).
Adapun, subsektor pertambangan migas dan pabum berhasil mencatatkan pertumbuhan kinerja, setelah tahun lalu capaiannya negatif 36,3 persen. Pada Januari—Agustus 2022, subsektor itu mengumpulkan Rp4,94 triliun atau tumbuh Rp2,4 persen.
“Ada indikasi, karena harga itu terbentuk dari kegiatan ekonomi yang international based, jadi pada waktu [harga komoditas] meningkat akan meningkat, pada waktu terjadi penurunan ya akan menurun,” ujar Suryo.
Artikel ini diambil dari: https://ekonomi.bisnis.com/read/20221005/259/1584409/sektor-tambang-cuan-gila-gilaan-setoran-pajak-tumbuh-300-persen.