KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Tekanan jual di pasar saham belakangan ini membuat dana pensiun berpikir panjang untuk memarkir investasi di efek saham. Industri dana pensiun justru memilih berinvestasi di instrumen yang lebih aman seperti deposito dan surat berharga negara (SBN).

Hingga kuartal I tahun ini, return on investment (ROI) dapen tercatat sebesar 1,88%, lebih rendah dari periode sama tahun 2017 yakni 1,93%. Meski lebih rendah, RoI dapen tersebut lebih baik dari return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang minus 2,62% di periode sama.

Selama ini, industri dana pensiun memang mencari aman dan fokus memilih investasi moderat. Dapen juga enggan tergesa-gesa mengubah racikan investasi.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai kuartal I tahun ini, penempatan dana investasi dapen terbesar di deposito berjangka Rp 66,27 triliun atau 25,78% dari total dana kelolaan dapen. Hingga akhir Maret 2018, total investasi dapen mencapai Rp 257,02 triliun.

Dapen juga banyak berinvestasi di SBN yakni Rp 58,64 triliun atau 22,81% dari total investasi. Berikutnya di obligasi korporasi dengan porsi 21,07% atau Rp 54,51 triliun.

Direkur Eksekutif Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Bambang Sri Muljadi mengatakan jumlah dana yang dialokasikan ke saham pun tidak begitu besar. Data OJK menunjukkan, dana investasi dapen di saham sebesar Rp 31,14 triliun atau 12,11% total investasi. “Penurunan IHSG justru makin membuat dapen lebih berhati-hati,” ujar dia.

Jika sudah berinvestasi di saham, dapen memilih saham dengan fundamental bagus dan memilih menahan kepemilikan saham. Bambang optimistis, tekanan harga saham hanya sementara. Sehingga target imbal hasil dana pensiun 7%–9% di akhir tahun ini masih bisa tercapai.

Direktur Utama Dana Pensiun BTN Saut Pardede mengatakan, hingga kini porsi investasi di saham kurang dari 10%. Sedangkan, 65% diinvestasi di SBN dan obligasi. “Ini untuk menghindarkan fluktuasi karena kewajiban dana pensiun bersifat jangka panjang dan pasti,” ujar dia. Itu pula yang membuat Dana Pensiun BTN belum mengubah racikan portofolio.

Direktur Utama Dana Pensiun Pertamina Adrian Rusmana pun mengaku tetap konservatif dan tidak berniat mengubah pos alokasi atau portofolio investasi. “Kalau meracik ulang, seperti kami pikir tidak,” kata dia.

 

Artikel ini diambil dari http://keuangan.kontan.co.id/news/saham-anjlok-dapen-makin-hati-hati