KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Perusahaan multifinance memacu pembiayaan ke sektor produktif. Otoritas Jasa keuangan (OJK) mencatat per Februari 2019, jenis pembiayaan investasi tumbuh paling besar yakni 11,81% year on year (yoy). Sedangkan pembiayaan modal kerja tumbuh 4,93% yoy.
Pembiayaan multiguna tumbuh 5,18% yoy menjadi Rp 260,42 triliun. Kendati demikian, pembiayaan untuk sektor konsumsi ini memberikan kontribusi 59,20% dari total pembiayaan multifinance di dua bulan pertama 2019.
Pembiayaan produktif dari jenis pembiayaan investasi pada Februari 2019 meningkat dari Rp 122,26 triliun menjadi Rp 136,7 triliun. Sementara itu pembiayaan modal kerja naik dari Rp 22,93 triliun menjadi Rp 24,06 triliun.
PT Mandiri Tunas Finance (MTF) mencatatkan pertumbuhan pembiayaan 6,15% yoy dari Rp 6,5 triliun menjadi Rp 6,9 tiliun hingga kuartal I-2019.
Direktur MTF Harjanto Tjitohardjojo menyebut 32,48% dari total pembiayaan sudah disalurkan ke sektor produktif.
“Melihat penurunan pasar di kendaraan penumpang, MTF lebih agresif di Kendaraan niaga yang masih bisa bertumbuh tahun ini khususnya truk,” ujar Harjanto kepada Kontan.co.id kepada Selasa (16/4).
Ia menambahkan, pasar kendaraan niaga terbesar berada di pulau Jawa. Sedangkan pertumbuhan terbesar untuk segmen produktif ini ada di Kalimantan dan Sumatra.
Komoditas pendorong di Kalimantan adalah sawit. Sedangkan untuk pulau Jawa dan Sumatra masifnya pembangunan tol dan infrastruktur meningkatkan permintaan kendaraan logistik di daerah ini.
Anak perusahaan dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ini menargetkan penyaluran pembiayaan sebesar Rp 29 triliun tahun ini. Guna mencapai target ini, MTF menyiapkan pendanaan sebesar 65% dari perbankan, yang mayoritas dari Bank Mandiri. Sementara sisanya dari penerbitan obligasi dan menggunakan sindikasi internasional.
PT BNI Mulitifinance mengaku pembiayaan produktif lebih dari 80% dari total pembiayaan yang disalurkan pada Maret 2019 senilai Rp 263,4 miliar.
Tahun ini anak usaha dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) ini masih akan memacu pembiayaan ke sektor produktif.
“Komposisi Rp 263,4 miliar terdiri dari operating lease sebanyak 9,37%. Modal Kerja atau ajak piutang 22,31%, investasi sebesar 62,41%. Sedangkan multiguna hanya 5,91%,” ujar Hasan kepada Kontan.co.id.
Hasan menambahkan, sektor produktif akan tetap menjadi andalan perusahaan. Sedangkan sektor konsumtif, pihaknya akan masuk secara selektif. Khususnya ke perusahaan yang karyawannya memiliki payroll di Bank BNI.
Hasan mengaku alasan BNI Multifinance lebih banyak membidik sektor produktif lantaran lebih sustainable. Seiring dengan sinergi dengan debitur induk perusahaan Bank BNI. Selain itu demi menunjang sektor ril.
Hasan menargetkan dapat menyalurkan total pembiayaan tumbuh 150% yoy menjadi Rp 2,5 triliun sepanjang 2019. Sedangkan target pada Juni tahun ini senilai Rp 1,3 triliun.
Sedangkan Direktur Utama PT BCA Finance Roni Haslim menyatakan pihaknya belum mengategorikan pembiayaan sesuai sektor usaha. Namun yang pasti BCA Finance sudah menyalurkan pembiayaan ke sektor produktif dari total pembiayaan Maret 2019 senilai Rp 8,03 triliun.
“Kalau mobil pikap dan truk sudah pasti pemakaiannya untuk produktif. Dan pembiayaan kendaraan komersial kami sudah 10% dari total pembiayaan. Diupayakan secepatnya untuk memisahkan sesuai sektor usaha,” papar Roni.
Sebelumnya regulator lewat aturan OJK Nomor 35/POJK.05/2018 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan pasal 86 menyebutkan perusahaan pembiayaan wajib memiliki piutang pembiayaan investasi dan modal kerja paling sedikit 10% dari total pembiayaan.
Artikel ini diambil dari https://keuangan.kontan.co.id/news/pasar-kendaraan-penumpang-turun-perusahaan-multifinance-memacu-pembiayaan-produktif