KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bisnis multifinance tahun depan cukup menantang. Diperkirakan, industri multifinance pada 2020 hanya tumbuh 4% karena tertekan bisnis otomotif dan alat berat yang tengah lesu.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menjelaskan, penjualan otomotif tahun depan diperkirakan belum ada peningkatan. Padahal, pembiayaan otomotif masih mendominasi total pembiayaan industri.
“Komposisi pembiayaan motor roda empat baru 43%, kendaraan roda empat bekas 18%, kendaraan roda dua baru 27% dan kendaraan roda dua bekas 2%,” kata Suwandi di Jakarta, pekan lalu.
Perlambatan ini juga sudah terasa di kuartal III 2019. Sampai September 2019 saja, piutang pembiayaan multifinance hanya tumbuh 3,35% menjadi Rp 451,1 triliun.
Tantangan selanjutnya adalah penurunan harga batu bara dan minyak sawit (CPO) yang membuat industri pertambangan dan perkebunan akan menurun permintaan alat berat. Sejumlah perusahaan juga masih terkendala soal sumber pendanaan, khususnya multifinance bermodal cekak.
Adapula, masalah perpajakan dan penerapan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 71) yang membebani keuangan multifinance. PSAK 71 yang mulai berlaku pada 2020 akan meningkatkan cadangan pembiayaan perusahaan.
Meski menantang, tahun depan masih ada peluang yang terbuka lebar untuk meningkatkan bisnis pembiayaan seperti fasilitas dana tunai.
“Perusahaan pembiayaan memiliki kesempatan untuk melakukan pembiayaan dana secara langsung kepada konsumen termasuk di sektor pariwisata,” tambahnya.
Pertumbuhan di sektor Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia serta pembangunan infrastruktur turut menopang pertumbuhan bisnis pembiayaan.
Khusus pembangunan infrastruktur, akan meningkatkan permintaan alat berat untuk konstruksi. Selain itu ada juga potensi kerja sama dan pengembangan teknologi informasi (IT) yang membidik genarasi milenial sebagai calon debitur.
Artikel ini diambil dari https://keuangan.kontan.co.id/news/inilah-peluang-dan-tantangan-industri-multifinance-di-2020