KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Transaksi uang elektronik makin melaju. Penyelenggara jasa sistem pembayaran (PJSP) non-perbankan menjadi penopang terbesar pertumbuhan transaksi uang elektronik.

Berdasarkan data Bank Indonesia, sepanjang Januari-April 2019 transaksi uang elektronik mencapai 1,44 miliar kali transaksi senilai Rp 31,41 triliun. Jumlah transaksi tersebut meningkat signifikan 76,97% (yoy) dibandingkan transaksi pada periode yang sama pada 2018 sebanyak 816,02 juta kali. Sedangkan nilai transaksinya tumbuh hampir mencapai 129,91% (yoy) dar Rp 13,66 triliun.

Dari catatan bank sentral juga disebutkan, pengguna uang elektronik yang diterbitkan nonbank sejatinya jauh tinggi daripada yang diterbitkan perbankan. Pengguna uang elektronik nonbank mencapai kisaran 113,5 juta, sementara yang berasal dari bank cuma 60,3 juta.

Pengguna uang elektronik nonbank juga diketahui lebih loyal lantaran rata-rata transaksi mereka mencapai Rp 33.000, sedangkan uang elektronik dari bank cuma punya rata-rata transaksi Rp 13.000.

Tak mau kalah, perbankan memacu transaksi uang elektronik. Fitur pembayaran pun turut diperluas. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) misalnya mulai meluaskan akseptasi uang elektronik berbasis cip miliknya yang bertajuk e-money.

“Peningkatan layanan ini dilakukan dalam bentuk menciptakan ekosistem nontunai dengan memperluas kerja sama merchant yang menerima pembayaran e-money, hingga membangun cashless society di berbagai sektor bisnis yang dekat dengan masyarakat seperti pasar, sekolah, tempat wisata,” kata SEVP Transaction Banking and Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi kepada Kontan.co.id.

Selain peningkatan akseptasi, Bank Mandiri juga turut memperluas jaringan pengisian ulang saldo e-money, mulai dari gerai ritel, kantor pos hingga platform dagang elektronik.

Hingga April 2019, jumlah e-money yang beredar telah mencapai 18 juta kartu, dengan pertumbuhan mencapai 27% (yoy). Sedangkan nilai transaksi yang diperoleh sepanjang 2019 hingga Mei telah mencapai Rp 6,3 triliun, tumbuh 7% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Hal serupa juga ikut dilakukan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang memiliki produk uang elektronik berbasis cip miliknya: Brizzi. Sekretaris Perusahaan BRI Bambang Tri Baroto mengatakan, saat ini BRI sedang memperluas akseptasi penggunaan BRIZZI.

“Salah satu strategi yang dijalankan selain menambah penggunaan di jalan tol dan modal transportasi adalah ke jasa perparkiran dengan cara menjalin kerja sama dengan pihak penyelenggara jasa parkir seperti Secure Parking, Centerpark, dan ISS,” kata Bambang kepada Kontan.co.id.

Hingga Mei 2019, peredaran Brizzi disebut Bambang telah mencapai 13,64 juta, tumbuh 3,37 juta atau setara 32,85% (yoy) dibandingkan periode serupa. Sedangkan nilai transaksinya mencapai 287,49 juta kali, atau tumbuh 180,98% (yoy).

Selain uang elektronik berbasis cip, baik Bank Mandiri dan BRI bersama dua bank pelat merah lainnya kini juga telah menggabungkan uang elektronik berbasis server miliknya ke platform LinkAja. Namun LinkAja diselenggarakan PT Fintek Karya Nusantara (Finarya), bukan oleh masing-masing bank lagi.

 

Artikel ini diambil dari https://keuangan.kontan.co.id/news/kalah-saing-dengan-fintech-di-transaksi-uang-elektronik-perbankan-siapkan-strategi